
Karena itu, wajar jika sejak akhir tahun lalu, sejumlah nama dispekulasikan bakal jadi pengganti Rijkaard di musim depan, di antaranya pelatih Espanyol, Ernesto Valverde, dan head coach Barceloba B, Josep Guardiola (Baca: Tiga Nama Kandidat Pengganti Rijkaard). Tidak lama berselang, muncul dua nama yang ikut disorot: Michael Laudrup, pelatih Getafe dan Laurent Blanc, pelatih Bordeaux (Baca: Laudrup dan Blanc Ramaikan Bursa Pelatih Barca).
Di awal Februari, kandidat pengganti Rijkaard kembali hangat dibicarakan. Kali ini, yang jadi komoditi media massa, baik di Inggris dan Spanyol, adalah mantan manajer Chelsea, Jose Mourinho. Nama Special One menjadi pilihan pertama yang dipilih fans Barca menurut hasil polling yang dilakukan salah satu surat kabar Catalan di akhir Januari (Baca: Target Barca, Mourinho dan Ronaldo).
Kemunculan Mourinho dalam daftar penerus takhta Rijkaard di Nou Camp kian didukung dengan pernyataan terbuka yang dilontarkan Mourinho ketika menanggapi seputar isu yang mengaitkan dirinya dengan jawara Ligue 1, Olympique Lyonnais. Ketika itu dengan lantang, Mourinho menyatakan ia bakal kembali ke lapangan hijau untuk melatih salah satu tim yang bermain di kompetisi Serie A Italia dan La Liga Spanyol (Baca: Target Mourinho, Serie A atau La Liga).
Namun, seperti yang dilansir Goal, dalam pertemuannya dengan para suporter klub, Presiden Los Blaugrana, Joan Laporta, memberikan sinyal tidak akan pernah mendekati, apalagi menawarkan jabatan, kepada mantan pelatih FC Porto itu. Satu hal yang sesuai dengan pernyataan penasihat Laporta, legenda Barcelona dan Belanda, Johan Cruyff (Baca: Cruyff Bantah Soal Mourinho).
Alasannya? Dalam benak Laporta, filosofi sepakbola ala Mourinho, baik sewaktu menangani Porto dan Chelsea, tidak selaras dan sesuai dengan apa yang menjadi imej dan tradisi klub. Bukan rahasia lagi jika dalam persepakbolaan Eropa, Barca dikenal sebagai salah satu tim yang menjunjung tinggi gaya sepakbola menyerang. Berbeda dengan gaya Mourinho yang lebih mengutamakan hasil dan keseimbangan tim.
“Barca memiliki gaya tersendiri dalam memainkan sepakbola. Karenanya, filosofi seperti itu (menyerang) tentunya harus diterima (dianut) oleh siapapun yang nantinya bakal menjadi pelatih tim,” tegas Laporta.
“Tim selalu berinisiatif memegang kendali permainan seiring dengan gaya tim yang mencari kemenangan. Jadi, kalau ada sinyalemen kami tertarik untuk menggunakan jasa pelatih yang punya style berbeda, sungguh hal itu keliru. Tidak akan pernah klub ini merekrut seorang pelatih yang punya keyakinan (gaya dan filosofi bermain) yang berbeda,” tandas sang presiden.